Printer tinta (inkjet) yang di pasaran dapat dibawa pulang dengan harga yang realatif murah merupakan salah satu daya tarik yang diminati pengguna PC, khususnya pengguna rumahan atau mahasiswa. Kemampuannya untuk mencetak warna membuat dokumen yang dihasilkan akan lebih hidup dan tentu saja, dapat digunakan untuk mencetak foto kesayangan. Akan tetapi, di balik harga printer yang murah itu, tersembunyi pengeluaran berkala yang bisa jadi lebih besar daripada harga printer, yakni tinta. Apa jadinya printer tanpa tinta? Mungkin ini salah satu teknik penjualan produsen printer dan tinta, yakni menjual printer dengan harga murah, berharap pemasukan lebih pada pembelian tinta. Oleh karena itu, keberadaan tinta bukan original cukup membuat waswas produsen printer, apalagi dengan kehadiran sistem infus yang konon lebih hemat.
Sistem infus merupakan seperangkat alat yang terdiri dari cartridge, selang tinta, botol tinta, dan botol pembuangan tinta bekas. Cartridge asli bawaan printer akan diganti dengan cartridge untuk infus. Sebelum melakukannya pastikan Anda rela tidak mendapat garansi lagi dari vendor printer, karena begitu tinta diisi ulang dengan yang tidak original atau cartridge diganti juga dengan yang tidak original, maka garansi akan hangus. Cartridge infus sudah dirancang menempel dengan selang tinta yang dihubungan ke botol tinta. Oya, selain itu bodi printer akan dibongkar untuk memasang saluran pipa ke botol pembuangan tinta. Anda juga harus siap kehilangan garansi untuk tindakan yang satu ini. Botol pembuangan berfungsi untuk menampung tinta kotor yang dibuang selama proses head-cleaning.
Proses ini secara otomatis dilakukan printer saat printer sudah merasa eneg karena begitu seringnya memuntahkan tinta ke kertas. Secara manual pun dapat dilakukan untuk membersihkan head yang sudah mulai tak semangat mencetak. Botol pembuangan ini sebenarnya sudah tersedia di dalam bodi printer, bentuknya semacam ruangan kecil dialasi spons. Tujuannya sama, menampung tinta buangan, akan tetapi kreator sistem infus sadar bahwa produksi tinta buangan akan semakin meningkat seiring penggunaan tinta. Oleh karena itu, dibuatlah saluran pembuangan ke luar bodi printer yang ditampung di botol pembuangan. Konon kabarnya, letak ruangan pembuangan di dalam printer bertetangga dengan power supply, sehingga dikhawatirkan kelak spons yang sudah jenuh tak kan mampu menahan tinta nakal yang ingin mengunjungi tetangganya. Botol penampung tinta ini harap dikosongkan bila sudah penuh.
Lain lagi ceritanya dengan botol tinta yang tersedia sesuai jumlah warna yang dapat dicetak oleh printer. Sekumpulan botol yang disimpan di luar bodi printer ini tidak boleh diletakkan di tempat yang lebih tinggi daripada printer. Penyebabnya sistem infus dirancang untuk menyedot tinta saja, tidak untuk menahan gaya archimedes yang datang dari tempat yang lebih tinggi. Kalau tetap nekat menyimpannya di ketinggian, maka siap-siap mendapatkan luberan tinta bewarna hitam yang menghiasi kertas cetak. Botol ini disekat dua, ruangan tinta yang satu lebih besar daripada saudaranya. Masing-masing ruangan hasil penyekatan itu ditutupi oleh katup karet di atasnya. Tinta di ruangan yang kecil merupakan tinta yang akan disedot. Tinta di ruangan lain merupakan cadangan. Oleh karena itu, jaga jangan sampai tinta di ruangan kecil habis, minimal setinggi 1 cm dari permukaan. Lalu, bagaimana cara memindahkan tinta dari ruang besar ke ruang kecil? Rahasianya terletak pada dua katup penutup di atas tadi. Katup karet yang dirancang untuk menahan udara itu ternyata bukan hanya mencegah agar kotoran tidak masuk atau menjaga agar tinta tidak kering. Dari katup imut ini kita diingatkan akan pelajaran fisika SMU,yakni kekuatan tekanan udara. Dengan membuka katup di kedua ruangan, maka udara akan memaksa tinta cadangan untuk berbagi ke saudaranya. Alhasil, permukaan tinta cadangan akan turun dan tinta di ruangan lain akan naik. Betul, kini ketinggian permukaan tinta keduanya sama, dan siap untuk digunakan. Oya, selama printer digunakan, pastikan katup di ruangan kecil terbuka (agar aliran tinta tidak terhambat dengan tekanan udara), dan ruangan besar tertutup. Ajaib, bukan?
Perawatan lain yang cukup kritis berikutnya sekaligus menjadi penyembuh penyakit kronis printer inkjet. Berbeda dengan printer laser, printer inkjet punya satu titik lemah, yakni pada tinta itu sendiri. Bila tinta dibiarkan terlalu lama menunggu di head, maka lama-lama ia akan jenuh dan mulai membeku. Mudah tidaknya tinta menjadi jenuh bergantung pada kualitas tinta. Tinta original tentu lebih tahan lama. Hasilnya, bila lama tidak digunakan, printer tidak akan mampu mencetak apa-apa akibat tinta yang jenuh tadi sudah kering dan menutup saluran head. Kalau sudah begini tak ada cara lain selain harus di-servis. Bila tak cukup parah, maka 1-2 hari bisa selesai. Namun bila sudah kronis, maka bisa-bisa head harus diganti. Biayanya pun lumayan, mencapai ratusan ribu. Maka perawatan yang tepat adalah printer harus sering digunakan. Konon, jangan biarkan printer infus kesepian selama 3 hari, karena dia akan merajuk. Kalaupun tidak digunakan untuk mencetak, maka cukup hidupkan printer karena minimal dia akan membasahi head dengan membuang tinta ke botol pembuangan. Ironis memang, seharusnya printer ya..digunakan untuk mencetak, bukan dibiarkan kesepian.
Bila dirawat secara teratur, infus sanggup bertahan lebih kurang 2-3 tahun, cukuplah untuk usia printer yang murah meriah. Bila botol tinta sudah hampir kosong, jangan lupa untuk mengisinya dengan tinta baru. Dan ingat, harus dengan warna yang sama.
Konon kabarnya printer keluaran terbaru dirancang agar tidak dapat dipasangi sistem infus atau cartridge bukan original. Nampaknya penjualan tinta original jauh merosot akibat kehadiran yang serba hemat ini. Kita tunggu saja kreativitas apa lagi yang akan muncul menyikapi harga tinta yang masih relatif mahal.
Komentar :
Posting Komentar