Gunung api raksasa yang ditemukan sekitar 330 km di barat Bengkulu dan Sumatera Barat tidak perlu dikhawatirkan, karena belum tentu aktif. Kalaupun aktif tidak berbahaya ke pantai barat Sumatera, karena sangat jauh.
Demikian disampaikan Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasional Kesiagaan Bencana Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Menurut Ade yang juga Koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Komisariat Sumatera Barat, gunung api yang dirilis BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Kamis (28/9), sebenarnya sudah lama diketahui keberadaannya melalui foto satelit. Bahkan bisa dilihat dari google-earth.
Namun ukuran detilnya baru diketahui setelah penelitian spesifik survei 'Studi Risiko Kegempaan dan Tsunami' di perairan barat Sumatera.
"Gunung api itu berada di luar wilayah Indonesia atau di luar ZEE atau di perairan internasional, jaraknya 330 km dari pantai Kabupaten Muko-Muko di Bengkulu dan Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, tapi pulau yang lebih dekat lagi adalah Pulau Pagai di Kepulaun Mentawai, namun itu sangat jauh, kalaupun meletus paling tsunaminya sangat kecil sampai di Sumatera, jadi tak perlu dikhawatirkan," ujarnya.
Lagi pula, kata Ade, gunung tersebut belum tentu aktif. Bahkan kemungkinan besar sudah mati. Sebab jika ia aktif, selama ini pasti lokasi tersebut sudah sering tercatat menimbulkan gempa bumi. Sebab salah satu karakteristik gunung api aktif adalah menimbulkan gempa.
Tapi kenyataannya lokasi gunung di bawah laut dalam itu tidak pernah tercatat sebagai lokasi episentrum gempa bumi. Baik tercatat di BMG maupun USGS sejak tahun 1900-an. Selain itu selama ini juga belum pernah ada laporan di lokasi tersebut mengeluarkan lava.
Letak dan kondisi gunung ini, kata Ade, sangat berbeda dengan Krakatau yang terletak sangat dekat atau 70 km dari Pulau Sumatra, sehingga beresiko bencana terhadap daerah dan penduduk Sumatra dan Jawa.
"Jika dibandingkan energinya, jauh lebih besar potensi ancaman gempa dan tsunami di Mentawai daripada gunung ini, saya membandingkan potensi ancamannya itu satu banding seribu, ancaman tsunami Mentawai diperkirakan bisa merusak pantai barat Sumatra sepanjang 450 km.
Informasi penemuan penelitian BPPT ini, kata Ade, cukup dijadikan bahan ilmu pengetahuan, agar masyarakat mengetahui kondisi geologis daerahnya.
"Belum untuk dijadikan ancaman yang perlu dilakukan peringatan dini kepada penduduk untuk waspada," ujarnya.
Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yusuf S Djajadihardja dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (28/5) menginformasikan ditemukannya gunung api raksasa di bawah laut berjarak 330 km di lepas pantai Bengkulu, Sumatera.
Gunung itu tingginya sekitar 4.600 meter pada kedalaman 5.900 meter dengan lebar 50 km. Puncaknya berada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan air laut. Gunung tersebut lebih tinggi dari puncak Jayawijaya di Papua yang tingginya 4.000 meter.
Gunung tersebut, katanya, terdeteksi saat survei 'Studi Risiko Kegempaan dan Tsunami' di perairan barat Sumatera pada Mei 2009 selama 20 hari dengan kapal seismik Geowave Champion milik CGGVeritas. Survei tersebut kerjasama BPPT dengan LIPI, Departemen ESDM, CGGVeritas, dan IPG (Institut de Physique du Globe) Paris
Komentar :
Posting Komentar